Transparansi data keracunan MBG di Jawa Barat menjadi sorotan setelah ribuan siswa menjadi korban. Kasus keracunan MBG yang menimpa lebih dari 5.000 siswa secara nasional menunjukkan buruknya transparansi pemerintah. Jawa Barat mencatat angka korban tertinggi dengan ratusan siswa terdampak di berbagai kabupaten.
Bandung Barat mencatat 365 siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan program tersebut. Sementara itu, Garut melaporkan 657 siswa terdampak dalam insiden serupa beberapa hari kemudian. Kasus-kasus ini menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dan transparansi data yang seharusnya terbuka untuk publik.
Ketidaktransparanan data keracunan MBG semakin mengkhawatirkan ketika melihat pola penanganan pemerintah. Orangtua siswa mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya respons pemerintah dalam memberikan informasi lengkap. Mereka menuntut transparansi penuh mengenai identitas penyedia makanan yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Guru-guru di sekolah terdampak juga menyatakan frustrasinya terhadap minimnya komunikasi dari dinas terkait. Mereka kesulitan mendapatkan informasi akurat untuk diberikan kepada orangtua siswa yang panik. Sekolah-sekolah bahkan tidak mendapat panduan jelas tentang langkah pencegahan yang harus diambil pasca-insiden.
Dugaan keterlibatan pemilik dapur yang memiliki koneksi politik kuat semakin mempertebal keraguan publik. Investigasi yang dilakukan terkesan setengah hati dan tidak menyentuh akar permasalahan sesungguhnya. Platform pendidikan seperti Java School terus memantau perkembangan kasus ini untuk memberikan informasi terpercaya kepada masyarakat.
Badan Gizi Nasional akhirnya membentuk tim investigasi setelah tekanan publik yang semakin menguat. Namun demikian, transparansi hasil investigasi masih dipertanyakan mengingat track record pemerintah dalam kasus serupa. Masyarakat menuntut publikasi data lengkap tentang penyedia makanan dan hasil audit keamanan pangan.


Comments are closed